Membangun Vox Humana

Lema blog kali ini rasanya relevan buat mereka yang sedang belajar vokal, baik untuk nyanyi solo maupun paduan suara. Kita akan membahas sedikit mengenai suara manusia alias vox humana.

Sekitar tahun 2001 hingga 2002 gw sempet les vokal sama Mbak Ingrid Maryane Cahya, yang sekarang aktif menjadi bagian dari Konservatorium Musik Jakarta. Waktu itu di Bogor, dengan pengalaman nyanyi yang pas-pasan dan saku mahasiswa yang juga sangat terbatas, gw menyambut dengan penuh antusiasme tawaran Mbak Ingrid untuk belajar vokal. AgriaSwara saat itu berada dalam fasa transisi dari format paduan suara lagu-lagu kebangsaan ke paduan suara yang juga membawakan lagu-lagu klasik. Publik kayaknya nggak banyak yang mengenal nama AgriaSwara. Mereka biasanya bertanya, “Oh, di IPB ada paduan suara yah?” atau “Itu siapanya Mega Suara (radio dangdut di Bogor)?” GUBRAK!

Nah, gw nggak bisa nyalahin siapa-siapa dong. Orang pada dasarnya emang kita tuh dulu belum berorientasi keluar. Boro-boro ke luar negeri, ke luar Bogor aja baru sekali-sekali kalau ada Temu Alumni IPB di Jakarta atau Festival Paduan Suara ITB di Bandung. Repertoar juga masih terbatas pada musik patriotik yang ditulis dengan not angka, atau aransemen sederhana musik rakyat Indonesia. Johannes Brahms? Ah, siapa pula itu?

Ingrid came to the rescue. Sebagai seorang alumni IPB yang bertahun-tahun mendalami piano dan belakangan juga ilmu vokal, Ingrid memiliki kualifikasi yang sangat menjanjikan untuk memperkenalkan dunia musik paduan suara yang lebih luas. Gw inget setiap minggu gw dengan penuh semangat ngeles di tempat kos Ingrid di Jalan Riau, Bogor. Kemudian suatu waktu dia juga memberi kesempatan master class musik kamar oleh Martyn van den Hoek, seorang pianis Belanda. Ingrid di piano, gw nyanyi “O Divine Redeemer” (Gounod), “Busslied” (Beethoven), dan sebuah lagu pendek dari Bach. Dengan Ingrid, gw juga sempat sama-sama menulis musik bertema ‘pertanian’  untuk sebuah lomba komposisi lagu. Kita menang. Juara 1. Pada babak final, gw menyanyikan sendiri lagu berjudul “Elegi Petaniku” itu. Kelak, ketika gw juga menyanyikan lagu itu di depan para sponsor beasiswa gw, mereka semua terenyuh oleh kedalaman teks lagu yang kurang lebih menggambarkan pahit getirnya hidup para petani. Selamanya, lagu itu akan selalu mengingatkan gw pada Bapak, yang hingga usianya sekarang juga masih bertani.

Begitulah, proses awal gw membangun organ vokal dan berkenalan dengan repertoar musik klasik. Segala pencapaian gw dalam musik paduan suara adalah sebagian berkat campur tangan Ingrid. Matur nuwun, Mbak. 

Kembali ke laptop. Eh… topik. 😛

Jadi selama proses awal belajar vokal tersebut, gw mulai rajin mengumpulkan referensi tentang musik vokal dan paduan suara. Tersebutlah kemudian, artikel yang gw sarikan dari beberapa sumber berikut:

Vox Humana

Suara manusia adalah instrumen musik yang paling awal dikenal dan digunakan.

Bagaimana Suara Bekerja?

  • Suara manusia adalah suatu entitas yang sangat misterius karena tidak dapat langsung terlihat ketika digunakan. Adalah juga tidak mungkin ‘mendengarkan’ suara kita sendiri seperti orang lain mendengarkannya.
  • Suara merupakan sebuah fenomena yang rumit. Untuk mempelajarinya, kita menyederhanakan suara ke dalam komponen dasar.

Pertanyaannya kemudian:

Apa yang membangun suara manusia?
Apa saja variabel yang digunakan?
Bagaimana penyanyi dapat memanipulasi variabel dan komponen fisik tersebut untuk memperoleh kualitas vokal yang sehat, bebas, dan menyenangkan?

Mari kita coba selidiki ^^.

Faktor yang membangun suara manusia sejatinya sederhana saja:

  • Otot
  • Udara
  • Ruang
  • Ketiga komponen ini berinteraksi menghasilkan suara vokal unikmu.

Seorang guru vokal yang baik dan berkompeten harus bisa mengembangkan ketiga komponen ini melalui berbagai latihan dan konsep.

Otot

Bagian otot dari suara adalah pita suara, yang berwujud pasangan otot kecil di dalam tenggorokan. Pita suara diselubungi lapisan lendir yang berwujud seperti jeli. Otot kecil lain di dalam laring mengendalikan ruang di antara pita dan panjang-pendeknya pita. Pita suara harus diperlakukan dengan benar agar suara yang dihasilkan terdengar indah. Ketika pita suara berada dalam kondisi yang baik DAN diperlakukan dengan baik, aliran udara akan membuatnya bergetar melalui lapisan lendir yang menyelubunginya. Jika kita kurang minum atau mengkonsumsi produk yang menyebabkan dehidrasi, lendir menjadi sangat kental dan kering dan kita tidak akan bernyanyi dengan baik.

Saran cerdas: DELAPAN (8) gelas air putih atau teh herbal yang TIDAK mengandung kafein.

Udara

Suara juga terdiri atas udara. Udara adalah sumber energi yang kita kendalikan pada setiap napas yang diambil ketika bernyanyi. Udara membuat pita suara tetap bervibrasi dan berosilasi (bergetar dan bergelombang) melalui selubung lendir. Bernyanyi tanpa pasokan udara yang sehat sama seperti mencoba mengendarai kendaraan tanpa bensin! Napas adalah bahan bakar kita dan karenanya sangat penting.

Ruang

Ruang? Hmm… kok bisa? Begini penjelasannya. Ketika kita memainkan suatu instrumen musik (dan ya, bahkan pembicaraan yang baik dapat terdengar musikal), instrumen itu sudah terlebih dahulu dibangun. Kita hanya belajar memainkannya. Suara manusia UNIK dalam hal instrumen ini dibangun ketika dimainkan.

Bentuk atau ruang instrumen suara diciptakan oleh ukuran tenggorokan. Ini ditentukan oleh bagaimana kita mengambil napas dan kemampuan untuk membuat rileks otot yang menutup tenggorokan, salah satunya lidah. Bentuk suara adalah yang membuat suara menjadi misterius, karena tidak dapat dilihat, hanya dapat didengar. Ketika tenggorokan kita dibuat lebih kecil oleh kelompok otot yang ‘salah’, laring menjadi naik dan suara terasa tegang dan tertekan. Kelompok otot yang ‘salah’ yang dimaksud adalah otot untuk menelan (yang membuat gerakan peristaltik ketika makan). Jika otot ini menutup tenggorokan, suara yang dihasilkan sama sekali tidak bagus. Mungkin akan terasa dan terdengar baik-baik saja untuk penyanyinya, tapi suara itu tidak akan beresonansi ke orang lain yang mendengarkan.

Jadi, tujuan seorang vokalis adalah untuk membuka tenggorakan (seperti ketika menguap) sambil membuat rileks lidah.

Apa Saja Variabel yang Digunakan?

Ingat NaReVoSuKuvo:

  • Nada
  • Register kepala dan register dada
  • Volume
  • Suara (vokal dan konsonan)
  • Kualitas vokal (meleher, cempreng, mendesah, atau efisien)

Les vokal akan membantu kita menyadari kualifikasi ini dan bagaimana menyeimbangkan dan memanipulasinya dalam suara kita.

Ayo kita ulangi ‘Titik Kunci’ penting tentang suara:

Tujuan les vokal adalah untuk menggunakan suara kita secara bebas melalui jangkauan nada yang dimiliki (biasanya 3 oktaf) dengan kendali penuh atas otot laring yang mengatur register kepala dan dada, pengunaan udara dan olahnapas, untuk menghasilkan produksi vokal pada berbagai volume. Untuk mencapainya, kita menciptakan ruang dalam tenggorokan, untuk menghasilkan suara yang sehat dan dengan pasokan udara teratur dan relaksasi otot tenggorokan.

Satu hal yang harus diingat adalah bahwa belajar menyanyi adalah proses bertahap. Kita ‘mengajari’ organ vokal kita ‘trik-trik’ atau cara-cara baru merespon. Prosesnya akan menjadi otomatis, tapi akan memerlukan latihan HARIAN dan acapkali selama beberapa tahun, bergantung pada kemampuan siswa. Biasanya, kamu akan dapat menghasilkan perubahan yang sehat selama les vokal. Secara bertahap peningkatan ini akan dibawa ke latihan di rumah. Tahap berikutnya adalah membiasakan diri dengan cara baru menggunakan otot vokal dan pernapasan (sambil membuat rileks otot konstriktor). Kunci sukses belajar bernyanyi adalah: latihan, dedikasi dan komunikasi yang baik dengan vocal coach yang diberi kepercayaan. Belajar vokal adalah suatu perjalanan yang mengagumkan tentang tumbuh-kembang diri, eksplorasi, dan kemungkinan-kemungkinan yang hebat.

Semoga menginspirasi.

And for a pinch of extra inspiration:

Opera Student

Tanggapi